11 January 2008

Melihat Calon Kabupaten Pesisir Barat

Pada Bulan Agustus-November 2007 saya terlibat dalam sebuah riset yang dilakukan untuk mengetahui kondisi existing calon Kabupaten Pesisir Barat (saat ini masih termasuk wilayah Kab. Lampung Barat) yang sedang diusulkan untuk menjadi Kabupaten baru di Propinsi Lampung, dalam tulisan ini hanya akan disajikan kesimpulan pokok yang dihasilkan dari pengolahan data lapangan. Dalam Survei yang dilakukan pada 6 Kecamatan Calon Kabupaten Pesisir Barat (Kec. Pesisir Selatan, Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Bengkunat, Karya Penggawa dan Lemong) menghasilkan analisis bahwa sudah adanya kesiapan dukungan politis yang dominan dari kecamatan dan masyarakat pada wilayah calon kabupaten Pesisir Barat tersebut, meskipun nampak masih ada kebimbangan dari beberapa kecamatan, namun mereka berpendapat bahwa wilayah calon Kabupaten Pesisir Barat tersebut layak menjadi daerah otonom sendiri dan siap untuk mendukungnya. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa potensi-potensi yang dimiliki pada wilayah calon kabupaten itu sudah memadai bagi kehidupan kabupaten baru.

Adapun potensi pokok yang dapat menjadi kekuatan calon Kabupaten Pesisir Barat antara lain:


  1. Secara keseluruhan perekonomian ditunjang oleh sektor pertanian dan perkebunan (damar, kopi, kelapa dan lada), perikanan (ikan dan udang) serta beberapa home industry. Potensi yang masih menjadi unggulan dari seluruh kecamatan itu adalah damar yang merupakan komoditas yang sudah lama menopang perekonomian masyarakat di daerah ini. Kemudian adalah hasil pertanian seperti kopi dan lada. Selanjutnya adalah perikanan.

  2. Sarana pendidikan sudah cukup tersedia meskipun masih ditemukan desa yang belum memiliki sekolah dasar, kondisi yang ada cukup memadai untuk ukuran daerah pedesaan. Sementara untuk sarana kesehatan yang menjadi penunjang utama adalah Puskesmas dan puskesmas pembantu. Yang menjadi catatan adalah ketersediaan dan kondisi fasilitas (peralatan medis) yang perlu ditambah dan diperbaharui.

Selain itu, diketahui juga masih terdapat kondisi yang belum memadai pada wilayah calon kabupaten tersebut. Kondisi yang menonjol itu khususnya pada kondisi infrastruktur (jalan, listrik dan telepon), Kondisi ketenagakerjaan, Kondisi Geografis, Kondisi Objek wisata dan fasilitas pendukungnya (hotel dan rumah makan).

Pada beberapa kecamatan di wilayah calon kabupaten Pesisir Barat, kondisi jalan pada daerah yang utama (protokol) sudah baik namun pada daerah yang lebih dalam (pedesaan) masih ditemukan jalan yang rusak atau masih kasar. Sementara untuk listrik di calon kabupaten Pesisir Barat yang diketahui bahwa listrik sudah teraliri namun sebatas daerah utama kecamatan, lisrik ini hanya menyala pada malam hari saja selama 12 jam. Untuk jaringan telepon di wilayah calon kabupaten Pesisir Barat layanan telepon hanya pada daerah perkotaan (Krui), yang lainnya belum terjangkau, meski demikian masyarakat pada beberapa kecamatan bisa memanfaatkan layanan telekomunikasi seluler, sisanya sama sekali belum terjangkau.

Sebagai sektor unggulan di wilayah calon kabupaten Pesisir Barat secara mayoritas adalah petani dengan komoditas musiman memberikan implikasi munculnya pengangguran musiman/priodik, selain itu juga dijumpai pengangguran terdidik sebagai akibat kurang bervariasinya lapangan pekerjaan di daerah masing-masing dan mereka enggan untuk mencari pekerjaan di luar daerahnya.

Kondisi geografis di wilayah Calon Kabupaten Pesisir Barat kondisi geografis yang berbukit dan pesisir pantai menjadikan masyarakatnya terdistibusi secara luas dan jarang ditemukan kepadatan penduduk. Pada beberapa kecamatan masih dihadapkan pada kendala transportasi yang menghasilkan ketidak efisienan warga (ojek yang relatif mahal bisa ± Rp.50.000), meskipun tidak berdampak luas mengingat mobilitas warga yang masih rendah.

Potensi wisata yang utama di wilayah calon kabupaten Pesisir Barat adalah pantai yang dimilki oleh seluruh kecamatan, meski sudah sering dikunjungi oleh wisatawan (domestik maupun mancanegara) namun belum dikelola secara baik dan terarah oleh pemerintah dan masyarakat. Sementara untuk kondisi fasilitas pendukung wisata di wilayah calon kabupaten Pesisir Barat hotel hanya ditemui di daerah yang ramai (Krui) sementara pada daerah lain tidak ada. Begitu juga dengan rumah makan atau restoran yang masih terbatas dan belum khusus diperuntukkan bagi wisata.

Kondisi Geografis dan kondisi infrastruktur (jalan, listrik dan telepon) merupakan faktor yang memiliki keterkaitan. Kondisi geografis yang unik apabila di fasilitasi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai maka tidak akan menjadi masalah bagi masyarakat, demikian juga sebaliknya bila kondisi geografis tersebut kurang diatasi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai maka akan mempengaruhi dinamika masyarakat dalam sektor-sektor kehidupannya. Demikian juga dengan kondisi ketenagakerjaan, kondisi ketenagaankerjaan pada prinsipnya terbentuk oleh kondisi perekonomian yang berkembang pada suatu daerah. Meskipun kondisi perekonomian yang dimiliki oleh calon daerah ini (Pesisir Barat) nampaknya sudah memiliki potensi unggulan namun ternyata tidak cukup memadai untuk mewadahi potensi kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh masyarakat calon daerah tersebut. Kurang bervariasinya sektor-sektor perekonomian menjadikan masyarakat yang memiliki minat dan kapasitas yang lebih baik (misalnya Sarjana) memilih untuk bekerja atau membuka usaha di luar daerahnya itu. Sementara itu pada kondisi objek wisata dan fasilitas pendukungnya (hotel dan rumah makan) yang kurang mendapatkan penanganan dengan baik sementara potensi-potensi yang dimilikinya sudah ada menunjukkan belum termanfaatkannya peluang-peluang ekonomi yang bisa menghasilkan impilkasi baik bagi masyarakat sekitar. Padahal jika adanya pengelolaan yang lebih baik maka potensi ini akan memberikan pengaruh berupa sektor alternatif ketenagakerjaan dan selanjutnya akan menunjang kondisi perekonomian pada calon daerah tersebut. Kondisi-kondisi yang terjadi tersebut merupakan komponen sub indikator yang secara substansi menjadi prasyarat terbentuknya sebuah daerah otonom baru. Karena itu secara logis kondisi yang terjadi sebenarnya pada suatu calon daerah baru akan mempengaruhi daya dukung calon daerah baru tersebut untuk mengelola potensi dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara mandiri untuk kebutuhan pembangunan di daerah tersebut. Jika sebuah daerah masih memiliki kondisi yang kurang memadai maka perlu di berikan dukungan untuk terlebih dahulu memiliki derajat kualitas kondisi-kondisi yang lebih memadai.

No comments: