Tragedi itu memang meninggalkan banyak hal dalam hidup masyarakat Aceh. Banyak hikmah yang datang setelah bencana. Nampaknya benar seperti yang ditulis di pintu kuburan masal korban tsunami di meuraxa, bahwa: “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan”. Ya, semua ujian Insya Allah akan memberi hikmah pada saatnya, jadi tidak usah terlalu meratap atas ujian yang lalu, dan juga jangan gembira berlebih atas nikmat yang datang. Dunia toh hanya sementara. Ah, ada sedikit puisi untuk meuraxa:
Aku di Meuraxa
Tak indah terbang di antara awan
Sementara matahari enggan menerangi
Guntur dan petir bercanda dengan pikir
Bergulat hingga terbanting di bilik jantung
Masih jantung dan pikir berdetak, berdenyut
Tak mampu menggerakkan suara untuk berkata
Aku disambut langit gelap di Aceh
Langit yang ada disini empat tahun lalu, entah
Saat air mata tak mampu gambarkan sedih
Di meuraxa ada tulang-tulang yang terpendam
Tanpa nama, hanya cerita yang sama
Ada Al Bayinah bercerita tentang hari itu
Masih tak menduga jika nur`aini berubah
Demikian gelap, kehilangan matahari
Lemparkan petir dan getarkan guntur
Aku adalah tulang terpendam di meuraxa
Tanpa nama, tanpa cerita
Hanya ada Al Bayinah
Dari Banda Aceh, 12 Juli 2008
No comments:
Post a Comment