14 April 2007

Lomba Penulisan Artikel Mahasiswa



Sudah sejak lama mahasiswa menjadi gudang kaderisasi penulis-penulis muda, sebut saja Khairil Anwar dan Soe Hoek Gie yang mengasah kemampuan menulisnya sejak mahasiswa. Mereka dikenal justru karena tulisannya, coba kalau mereka tidak pernah atau malas untuk menulis, pasti takkan pernah namanya terekam di dalam buku-buku atau slide film negeri ini. Ya, mahasiswa memang semestinya menulis, ini kan yang membedakan makna MAHA itu dengan SISWA, mahasiswa justru menjadi kuat ketika mereka bisa mengaktualisasikan posisinya secara cerdas melalui tulisan, apapun bentuknya.

Karenanya saya mengapresiasi sangat tinggi terhadap tulisan yang masuk kepada saya untuk di susun prioritas kekuatannya. Ada empat tulisan yang menarik untuk dinikmati, judul yang ditulis juga memang sudah sesuai dengan tema yang diberikan panitia. Kekuatan sebenarnya sudah muncul dari penguraian gagasan mereka, adanya fakta yang di tangkap dan opini yang dibentuk dalam sudut pandang penulis sudah cukup kreatif. Namun secara keseluruhan saya punya saran bagi penulis-penulis muda itu.

Menulis itu bukan sekedar mencurahkan apa yang dipikirkan secara spontan. Menulis itu merupakan proses redesain atas segala hal yang terekam secara inderawi. Karenanya proses menulis memerlukan rekaman-rekaman yang dapat diperoleh dengan keterlibatan atas suatu peristiwa, penulis yang baik adalah yang memiliki bekal observasi, dokumentasi bahkan penyimpulan sementara yang diperoleh dari persepsi-persepsi orang lain. Bekal-bekal ini yang kemudian menjadi modal proses berpikir kreatif untuk menemukan sudut pandang, gaya narasi dan kekuatan argumentasi yang hendak ditonjolkan. Penulis yang baik juga adalah pendengar dan pengamat yang baik, jadi semakin cermat dan detil penggunaan indera, maka akan semakin cermat, detil dan kuat juga tulisan yang dibuat si penulis.

Menulis itu merupakan proses kreatif yang mengaplikasikan instuisi dan sikap empiris secara bersamaan. Instuisi yang dimaksud ini menjadi penggerak kreatif untuk membentuk alur-alur deskripsi dan penyusunan sketsa argumentasi yang dapat dinikmati secara logis. Jika menulis hanya mengedepankan aspek intuisi maka yang tercipta hanya sekedar curahan emosional atas sesuatu yang dipotret.

Jadi proses menulis yang kreatif itu memang tidak bisa secara spontan. Menulis itu lebih dahulu membutuhkan proses pengendapan yang tidak tergesa-gesa karena hasil dari proses inilah yang nantinya akan lebih memberikan kejelasan dan kekuatan dari sebuah tulisan. Proses ini juga yang nantinya dapat memilahkan antara argumen emosional dengan argumen objektif yang berbeda strata kekuatannya dalam seni menulis.

Nah, inilah yang menjadi saran pokok saya terhadap tulisan-tulisan yang masuk kepada saya selaku juri lomba penulisan artikel yang diselenggarakan oleh HIMAGARA FISIP Unila. HIDUP MENULIS..... JANGAN PERNAH MENYERAH PADA SATU KESEMPATAN.

No comments: