19 January 2008

Blogger Yang Membangun Daerahnya

Siapa yang menduga semenjak Jorn Barger pada Desember 1997 memperkenalkan istilah Webblog atau Blog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu di update secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang dianggap menarik dan disertai dengan komentar dari orang lain hingga saat ini mampu menjadi saluran alternatif yang semakin menjamur dalam dunia media informasi. Indikatornya adalah jumlah blog yang semakin pesat, blogger.com sebagai salah satu penyedia layanan blog mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan blog yang di tandai dengan bertambahnya blog baru sebanyak 20% per bulannya. Jika ditambahkan dengan penyedia layanan blog yang lainnya seperti wordpress, multiplay, dan lainnya maka tergambarkan jika popularitas blog bisa dikatakan sangat populer. Apa yang mendorong popularitas blog demikian?.

Blog memiliki karakteristik unik yang membedakannya dengan web konvensional. Pertama, Blog memiliki sifat yang lebih interaktif. Web konvensional yang bersifat satu arah, berubah bentuk menjadi tempat dimana suara semua orang mendapat tempat. Blog memiliki kebalikan struktur dari media konvensional yang bersifat top-down, membosankan dan arogan (Jon Katz: 1999). Blog adalah contoh evolusi komunitas elektronik yang melibatkan kemampuan seorang individu yang secara online membuat, mengkostumisasi dan menjalin interaksi dengan banyak individu lain secara bebas. Sifatnya yang demikian akhirnya memposisikan web konvensional sebagai media yang tidak manusiawi, kaku dan hanya menjadi corong dari suatu kepentingan. Kedua, sifat blog yang sangat personal menjadikannya sebagai media yang ekspresif, media yang sekaligus mencerminkan karakter pemiliknya. Bervariasinya karakter setiap blog menghasilkan banyaknya sudut pandang terhadap sebuah subjek isu yang dibahas. Sebuah isu yang sama bisa saja menghasilkan bahasan dan simpulan yang berbeda pada beberapa blog. Namun demikian hal tersebut justru menjadikannya sebagai sebuah kelebihan, karena biasanya mampu menghasilkan bahasan yang lebih jujur dan membumi karena ditulis oleh individu dengan latar yang bervariasi. Ketiga, adanya beberapa penyedia layanan yang tidak berbayar menjadikan blog sebagai media yang egaliter, media informasi yang bisa dimiliki dan dikelola oleh siapapun dengan topik apapun. Setiap individu tanpa memandang latar belakangnya memiliki posisi yang setara, sebagai penulis dan komentator tanpa ada batasan yang kaku. Karakteristik yang demikian menjadikan blog sebagai wujud dari publikisasi ruang privat dimana setiap individu terlibat dalam kompetisi sudut pandang tehadap suatu subjek isu yang dibahas.

Potensi ini yang sebenarnya dapat menjadi kekuatan baru dalam interaksi antar masyarakat atau masyarakat dengan elemen lain, sudah dikenal dengan istilah Government to Government, Government to Bussiness, Government to Society, Bussiness to Society dan Society to Society. Blog bisa lebih menghasilkan jangkauan yang lebih luas apabila dibandingkan dengan web konvensional yang membutuhkan resources lebih besar. Potensi yang kuat ini bisa dikelola dan di arahkan kepada pencapaian manfaat-manfaat yang besar. Dalam konteks pariwisata misalnya, sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah web promosi (misalnya web visit Indonesia 2008 yang menelan biaya 17 Miliar atau website promosi visit Lampung 2009 yang terlalu kaku dan tidak sedap dilihat. Media itu tidak lebih efisien dibandingkan dengan memberdayakan komunitas online lokal yang secara dinamis berinteraksi secara luas dengan masyarakat global. Bisa dibayangkan jika satu orang saja berinteraksi minimal dengan 100 orang yang berbeda selama satu bulan dikalikan dengan jumlah komunitas ini yang untuk ukuran Lampung kira-kira berjumlah 1000 orang maka bisa dibayangkan sudah terkomunikasikan sebanyak 100.000 orang dalam satu bulan, apabila kita andaikan dari masing-masing satu orang dari 100 orang pertama itu berkomunikasi lagi dengan minimal 100 orang yang berbeda maka bisa dibayangkan efek komunikasi berantai yang terjadi tersebut akan menjangkau kuantitas masyarakat yang lebih luas. Saya tidak yakin jika hanya dengan satu website konvensional milik pemerintah mampu menandingi blog dalam hal jaringan ini.

Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa pemerintah gaptek dalam hal ini. Tapi memang, nampaknya perlu ada pertimbangan untuk lebih melihat potensi blogger sebagai salah satu aktor yang bisa memberikan dukungan positif dalam mempromosikan daerah dan mulai merentangkan tangan melihat komunitas ini sebagai stakeholder yang diberikan peran yang jelas. Semoga niat blogger untuk ikut andil membangun daerahnya ini bisa di sambut dengan baik oleh semua pihak di daerah. Amin.
written by: Simon S. Hutagalung (soemandjaja): 2008
picture from: detik.net

No comments: