Jumat tanggal 2 Februari 07 kira-kira jam 3 sore saya sedang istirahat siang sambil menonton TV, saat itu saya menekan chanel TVRI, sudah lama sekali saya tidak menikmati tayangan-tayangan dari televisi pemerintah yang sekarang sudah menjadi BUMN. Saat itu sedang tayang semacam acara tentang Biografi tokoh di Jepang. Teryata ada juga acara seperti ini, biasanya acara-acara biografi di televisi selalu berisi tokoh-toko dari barat. Ternyata dunia Timur banyak juga menghasilkan tokoh-tokoh yang inspiratif. Pada hari itu dikisahkan tentang tokoh yang berada di balik Pembangunan Jembatan Seto Ohashi yang menghubungkan terbesar di Jepang Pulau Honsu dengan pulau kecil lainnya. Tokoh yang menjadi pemimpin dalam pembangunan struktur terbesar dan paling menantang pada tahun 1980 itu adalah Hideo Sugita.
Diceritakan bahwa Sugita adalah seorang insinyur muda dengan semangat yang luar bisa dicurahkan untuk pembangunan infrastruktur megah tersebut. Sugita adalah pemimpin dari sekitar 5.000 pekerja dengan gaya yang sederhana dan disegani oleh para pekerjanya itu. Setiap hari sugita berangkat ke tempat kerja dengan bersepeda, tujuannya juga agar stamina fisik tetap terjaga untuk pembangunan jembatan itu. Menyadari resiko dalam pekerjaannya dia memilih untuk menyisihkan sebagian dari gajinya yang sebesar 200.000 Yen yang diasuransikan atas dirinya bagi keluarganya.
Selain sebagai pemimpin pembangunan yang selalu memompa semangat pekerjanya melalui berbagai krisis dan tantangan yang muncul dalam proses pembangunan itu. Di saat pemerintah Jepang saat tu menunda pembangunan jembatan itu karena krisis minyak dan para pegawainya banyak yang pergi hingga hanya tersisa 35 orang, dia selalu memompa semangat pekerjanya dengan visinya yang tak kenal lelah. Sugita juga merupakan seorang kepala keluarga yang luar biasa. Seringkali dengan kelelahan yang sangat sehabis pulang kerja di larut malam dia masih menyisihkan waktu untuk istri dan ketiga anaknya. Sugita juga merupakan tokoh yang punya tanggung jawab tinggi, saat istrinya divonis menderita kanker perut dia masih berkonsentrasi penuh dalam pembangunan jembatan itu dan di larut malam setelah bekerja dia bersepeda menuju rumah sakit untuk menjaga istrinya.
Sugita juga merupakan sosok yang tegar, saat istrinya Kazumi akhirnya meninggal, dia meminta cuti satu hari dan esoknya masuk kerja paling awal selain itu dia juga tidak bercerita tentang istrinya yang meninggal. Para pekerjanya sangat terkejut saat mereka tahu bahwa istri pemimpinnya sudah meninggal, pasalnya Sugita juga tidak pernah bercerita tentang istrinya yang sakit. Dia tidak membiarkan kesedihan menjadi hantu untuk mencapai cita-citanya. Dikisahkan pada suatu malam setelah istirnya meninggal Sugita menatap langit lautan dan berjanji dengan hati yang terbakar akan menjaga ketiga anaknya dengan baik dan menyelesaikan cita-cita membangun jembatan yang pernah dianggap sebagai mission imposible itu.
Akhirnya setelah melalui 8 juta jam kerja, master piece dari makhluk Tuhan yang berwujud manusia itu dibuka pada April 1988. Jembatan Seto Ohashi pun dikenal sebagai salah satu karya manusia yang termegah di dunia, fondasi dasar lautnya saja sama tingginya dengan gedung setinggi 15 lantai, belum lagi rentanga jembatan baja sepanjang 9 Kilometer lebih. Dikatakan bahwa jembatan itu akan bertahan melalui abad 21, 22, 23 bahkan mungkin saja hingga ribuan tahun. Bukan hanya hasilnya saja, proses pembangunan jembatan itu juga dilakukan dengan memperhatikan lingkungan, proses pembangun fondasi dengan meledakkan dasar laut misalnya dilakukan dengan cara yang cerdas sehingga tidak membunuh ikan-ikan yang ada di sekitar lokasi pembangunan.
Bagaimana dengan Sugita?. Setelah pembangunan itu usai dia memilih untuk membesarkan 3 anak perempuannya, menolak saran-saran dari sahabatnya untuk menikah lagi dan menolak kenaikan pangkat yang diberikan, yang dia inginkan adalah memasak sarapan untuk anak-anaknya, mengantar mereka ke sekolah dan berjalan-jalan pagi bersama dengan mereka. Sugita ingin menebus kebersamaan dengan keluarga setelah konsentrasinya dicurahkan untuk pembangunan salah satu landmark kebanggaan Jepang itu.
Hideo Sugita Meninggal pada tahun 1993 dalam usia 63 tahun. Dia meninggal dengan tenang dan dikelilingi oleh ketiga putrinya dan sampai kini namanya masih menjadi kebanggaan sahabat, rekan dan mantan pekerjanya. Sungguh pencapaian yang luar biasa sebagai seorang Insiyur dan sebagai Kepala Keluarga. Sangat Inspiratif.
No comments:
Post a Comment