28 March 2008

Bandung dan Ekonomi Pariwisata

Dari perjalanan saya pada tanggal 21-22 Maret di Bandung, saya menyadari bahwa pariwisata memang bisa memberikan dampak yang beragam bagi kehidupan masyarakat di sebuah kota. Bandung misalnya, kota ini ternyata tidak seperti dalam imajinasi saya yang memperkirakan jika promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemda nya pastilah sangat luar biasa, sehingga di setiap libur atau bahkan hanya di akhir pekan kota ini selalu ramai dengan pengunjung dari Jakarta, kota disekitanya bahkan dari daerah yang jauh (seperti saya misalnya).

Bandung sebagai sebuah tujuan pariwisata tidak begitu susah payah mempromosikan dirinya karena brand yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat indonesia sebagai kota yang indah (kota kembang, paris van java, dsb). Kota ini berkembang karena persepsi baik yang dikembangkan secara berantai kepada masyarakat di luar kota tersebut. Benar seperti yang dikatakan oleh seorang teman bahwa “di tengah promosi dalam rangka visit indonesia 2008 ini, bandung tidak perlu dipromosikan, karena sudah terkenal”. Disuatu saat benar juga perkataannya kalau: “ Kalau orang bicara Visit Indonesia maka kota yang langsung tertuju dalam persepsi itu: Jakarta, Bali dan Bandung”. Ya, nampaknya memang benar juga.

Bandung merupakan salah satu kota yang dibangun oleh kesadaran entitas masyarakatnya. Disaat masyarakat kota lain menterjemahkan makna kemajuan sebagai bentuk destruktifikasi (menghancurkan yang lama) dan rekonstruksi (membangun dari awal) kota maka bandung bisa mengelola potensi keunikan historis dan modernitas secara bersamaan. Sangat banyak bangunan tua bersejarah yang masih ada, bahkan tetap dipertahankan dan dimanfaatkan sebagai objek primer dalam aktivitas bisnis masyarakatnya. Namun tidak juga dipungkiri banyaknya struktur modern yang dibangun sebagai ruang publik, khususnya ruang bisnis bagi masyarakatnya.

Kemampuan bandung untuk mengelola kedua hal tersebut secara proporsional yang menjadikan kota ini berkembang sebagai salah satu pusat pariwisata di Indonesia. Dengan daya tarik struktur kota, daya tarik bisnis yang kompetitif dan brand yang telah dimilikinya, memberikan implikasi pada kondisi ekonomi yang baik. Sementara, kondisi ekonomi yang baik merupakan kontributor utama pertumbuhan masyarakat dalam dimensi luas.

Jadi kesimpulannya yang bisa bermanfaat bagi kota-kota lain yang sekarang heboh berlomba-lomba dengan visit-visit nya itu, bahwa: (1). Promosi Pariwisata dari sebuah kota juga melibatkan peran dari masyarakatnya. (2). Promosi Pariwisata dipengaruhi oleh image nyata yang ada di daerah tersebut, jadi meskipun kota tersebut dipromosikan sangat baik oleh Pemdanya, namun jika kondisi riil tidak kondusif maka hasilnya negatif. (3). Pembangunan pariwisata, khususnya di daerah kota, bisa dikembangkan dengan melihat potensi keunikan yang sudah ada, tanpa harus membangun struktur yang baru. (4). Pengembangan pariwisata memang bisa memberikan implikasi kepada daya tumbuh ekonomi dan kehidupan riil masyarakatnya.

Ada yang bisa digaris bawahi dari tulisan ini, yaitu: Partisipasi. Jadi kalau bicara partisipasi bukan hanya merujuk kepada soal distribusi sumber daya, tapi juga peran. Peran dalam hal ini muncul secara motivatif pada masing-masing anggota masyarakat kota tanpa harus di kendalikan oleh pihak berwenang. Jadi memang yang penting jika ingin maju itu adalah masyarakatnya. Kalau masyarakatnya motivatif dalam perannya maka perkembangan itu maju secara riil dan mandiri, tanpa harus diintervensi. Ini mungkin renungan yang menarik jika melihat kota (Bandar Lampung) dan propinsiku (Lampung), hehehe….

Bandar Lampung, 28 Maret 2008

2 comments:

Anonymous said...

Soeman, kamu gak buang sampah sembarangan khan di kotaku? eh eh ..mana foto2nya? kenapa gak dipublish juga?

ReGiE said...

maksih infonya..saya juga lagi menelltian tentang ekonmi pariwisata...di provinsi riau.
oy kalau ada tulisan,artikel tentang ekonmi pariwisata ,bagi2 ya...heheheh..silakn kunjungi balik blog saya....makasih sebelumnya